Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus,
Dalam perjalanan hidup ini, seringkali kita merasa seolah-olah sedang berjalan di dalam terowongan yang gelap. Ada masa-masa di mana masalah ekonomi, sakit penyakit, atau kekhawatiran akan masa depan membuat pandangan kita kabur. Kita merasa sesak, seolah "kuk yang menekan" (Yesaya 9:3) begitu berat di bahu kita.
Namun, mari kita duduk sejenak dan merenungkan kebenaran Firman Tuhan hari ini dengan kacamata iman.
1. Inisiatif Tuhan di Tengah Ketidakberdayaan Kita (Yesaya 9:1-6)
Nabi Yesaya berbicara kepada bangsa yang sedang berada dalam kegelapan pekat. Poin penting dari teologi kita adalah menyadari bahwa manusia, dengan kekuatannya sendiri, tidak mampu menciptakan "terang". Kita yang berdosa ini ada dalam kegelapan total.
Tetapi, perhatikan ayat 1: "Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar."
Siapakah yang menyalakan terang itu? Bukan manusia. Itu adalah inisiatif Allah yang berdaulat. Ini adalah anugerah semata (Sola Gratia). Tuhan tidak menunggu kita menjadi baik dulu baru Dia datang. Justru saat kita gelap, Dia mengirimkan Terang itu.
Terang itu adalah seorang Pribadi. Ayat 5 memberikan kita jaminan yang luar biasa tentang siapa Juruselamat kita:
- Penasihat Ajaib: Saat kita bingung dan putus asa, Dia memiliki hikmat sempurna untuk menuntun kita. Rencana-Nya tidak pernah gagal.
- Allah yang Perkasa: Dia bukan juruselamat yang lemah. Dia berdaulat penuh atas alam semesta dan atas masalah Anda.
- Bapa yang Kekal: Dia tidak akan pernah meninggalkan kita menjadi yatim piatu. Pemeliharaan-Nya abadi.
- Raja Damai: Hanya di dalam pemerintahan-Nya hati kita menemukan ketenangan yang sejati.
Dan janji yang paling indah ada di penutup bagian ini: "Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini." Artinya, keselamatan dan masa depan kita dijamin bukan oleh kekuatan tangan kita yang lemah, melainkan oleh kesungguhan hati Allah sendiri.
2. Perintah untuk Bersukacita (Filipi 4:4)
Karena kita memiliki Allah yang berdaulat dan perkasa seperti yang digambarkan Yesaya, maka Rasul Paulus di dalam penjara—tempat yang sangat gelap dan tidak nyaman—berani berkata:
"Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!"
Dalam pandangan kita, sukacita bukanlah sekadar perasaan gembira karena dompet penuh atau badan sehat. Itu adalah kebahagiaan duniawi yang rapuh.
Sukacita Kristen adalah ketenangan batin yang stabil karena kita tahu siapa yang memegang kendali hidup kita. Kita bersukacita di dalam Tuhan. Mengapa?
- Karena dosa kita sudah ditanggung oleh "Seorang Anak yang lahir untuk kita".
- Karena pemerintahan hidup kita ada di atas bahu-Nya (Yesaya 9:5), bukan di bahu kita yang ringkih.
Refleksi
Saudaraku, mungkin hari ini "tanah kelam" itu sedang membayangi rumah tangga atau pekerjaanmu. Sebagai manusia, wajar jika kita merasa takut. Namun, teologi kita mengajarkan untuk melihat ke atas, kepada Allah yang berdaulat.
Jangan biarkan kegelapan situasi mencuri sukacita yang Tuhan berikan. Sukacita kita adalah respons iman terhadap kedaulatan Allah. Jika Dia mampu mengatur sejarah dunia dan mengirimkan Mesias untuk menebus umat pilihan-Nya, maka Dia juga sangat mampu mengatur detail hidup Saudara hari ini.
Doa: Bapa di Surga, kami bersyukur karena Terang-Mu telah terbit bagi kami. Ampuni kami jika seringkali kami lebih fokus pada kegelapan masalah kami daripada pada kuasa-Mu yang besar. Ajar kami untuk bersukacita, bukan karena situasi kami mudah, tetapi karena kami tahu Engkau, Allah yang Perkasa dan Raja Damai, sedang memegang kendali atas hidup kami. Di dalam nama Yesus Kristus, kami berdoa. Amin.
Renungan Online, Sinode Am GPI, Gereja Bersaudara, Elya G. Muskitta, Elya Muskitta